Psyeduin: Tahu Lebih Dalam Terkait Plagiarisme

Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Psikologi Universitas Surabaya (Ubaya) divisi Pengembangan Minat dan Bakat Mahasiswa kembali menggelar webinar Psyeduin 2022. Webinar yang diselenggarakan pada Sabtu, 23 April 2022 ini mengangkat tema “Reach for The Star”. Dilaksanakannya webinar ini bertujuan agar mahasiswa memperoleh wawasan seputar plagiarisme dan integritas. Berlangsung melalui Zoom,webinar ini dihadiri oleh ratusan partisipan dari kalangan Ubaya.

Thomas S. Iswahyudi, S.Sos., M.Si. selaku Direktorat Penerbitan dan Publikasi Ilmiah Ubaya membuka diskusi dengan penjelasan terkait plagiarisme. Thomas menyatakan bahwa plagiarisme merupakan penggunaan karya yang sudah ada tanpa mengutip sumber secara tepat atau memadai. “Kata kunci dari plagiarisme yaitu karya yang sudah ada. Karya tersebut dapat berupa karya milik orang lain atau kita sendiri di tahun sebelumnya yang tidak dikutip dengan benar,” ucapnya.

Thomas turut menjelaskan cara yang dapat dilakukan guna menghindari plagiarisme, yakni dengan AKSARA. Dalam hal ini, AKSARA merupakan singkatan dari akui, parafrase, dan integrasi atau pengutipan langsung. “Akui berkaitan dengan penggunaan sumber yang masih aktif,” katanya. Selanjutnya, parafrase dilakukan dengan menulis ulang apa yang dibaca dengan menggunakan bahasa sendiri. Selain parafrase, individu juga dapat mengutip secara langsung kalimat dari jurnal. “Kutipan langsung dapat digunakan untuk kalimat tertentu yang sulit untuk diparafrase atau ingin disampaikan apa adanya,” tuturnya Thomas.

Diskusi dilanjutkan oleh Annisa Puspita Inderasari, S.Psi., selaku alumni Fakultas Psikologi Ubaya angkatan 2017. Annisa menuturkan bahwa kasus plagiarisme tidak dapat disamakan serta harus dilihat dari setiap permasalahan. “Walaupun begitu, plagiarisme sudah memiliki dasar hukum sehingga ketika mendapatkan dugaan plagiat pasti akan diberikan edukasi,” ucapnya. Edukasi diberikan dengan pengenalan AKSARA sehingga mahasiswa atau penulis mengetahui cara melakukan parafrase yang benar. Hal ini dilakukan untuk menghindari perilaku plagiarisme yang terungkap ketika karya sudah ter-publish. “Saat sudah ter-publish dan baru ketahuan, ada sanksi berat yang harus ditanggung, salah satunya pencabutan gelar,” jelasnya.

Pembahasan materi banyak menarik pertanyaan dari para partisipan. Seorang partisipan bernama Talitha Khairiyah dari Fakultas Psikologi angkatan 2021 mengajukan sebuah pertanyaan, “Apa perbedaan dari jurnal-jurnal yang berada di setiap tingkat Science and Technology Index (SINTA)?” Menjawab pertanyaan tersebut, Thomas menjelaskan bahwa di Indonesia terdapat pemberian Akreditasi Nasional terhadap jurnal-jurnal yang diterbitkan, salah satunya SINTA. Dalam hal ini, SINTA memberikan peringkat terhadap jurnal pada peringkat satu hingga enam yang dinilai berdasarkan managemen jurnal dan kualitas artikel. “Satu merupakan peringkat yang tertinggi sehingga jika dilihat sekilas, peringkat enam memiliki kualitas yang kurang baik dibanding lainnya,” tutupnya. (jv)

Share and Enjoy !

Shares